background

Friday, December 10, 2010

ANTI GALAU!

Hai! namaku Ace. Sore ini, aku terbayang-banyang akan senyumannya yang indah, bola matanya yang bersinar, dan juga ketampanan wajahnya. Aku lagi suka sama seorang laki-laki yang bernama Irfan sejak aku masih berada di kelas 5 SD. Saat ini dia satu kelas denganku yaitu kelas 9-2 di SMP 123. Dia sudah jadi idaman para wanita sejak pertama kali masuk SMP. Termasuk sahabatku sendiri, Kaliko. Ia juga mengaguminya sejak pertama kali masuk SMP.
                Saat ini aku bersahabat dengan Irfan, tapi tak terlalu dekat. Aku sendiri orangnya agak pemalu jadi agak malu kalo sama cowok, apalagi kalo itu cowok yang aku suka. Sahabatku yang satu lagi namanya Schwann, dia orang asli Belanda. Walaupun dia asli Belanda, bahasa Indonesianya lancar. Dia orangnya baik, dia juga suka ngasih saran kalo aku punya masalah. Tapi kata Kaliko, Schwann itu suka sama aku, jadi aku agak gak enak kalo curhat tentang Irfan ke dia. Tapi dia menanggapinya dengan hati yang sabar, karena muka dia memelas ketika aku curhat ke dia.
                Hari ini hari Kamis, guru fisika memberi tugas berkelompok yang beranggotakan 4 orang. Dan kelompoknya itu ditentukan oleh gurunya.  Kelompokku beranggotakan Kaliko, Schwann, aku, dan tentu saja Irfan sebagai ketuanya. Betapa senangnya aku begitu mengetahui kalo aku sekelompok dengan Irfan. Sepulang sekolah kami mengerjakan tugas di rumah Kaliko. Di sana aku gak bisa konsentrasi mengerjakan tugas itu, gara-gara ada Irfan. Tapi aku tidak boleh seperti itu, selain yang lain marah nantinya, aku sendiri juga gak enak sama schwann.
                Tapi ketika aku melihat ke Kaliko, sepertinya dia akrab banget sama Irfan. Perasaanku jadi agak aneh, aku tau kalau dia suka sama Irfan juga, tapi baru sekali ini aku melihat dia begitu dekat dengan Irfan. Aku jadi agak cemburu sama Kaliko, tapi nantinya kalau aku dekat-dekat sama Irfan, Schwann bisa cemburu sama aku. Aku merasa bingung.
                Keesokan harinya aku merasa kurang enak badan, pusing, dan juga batuk. Namun aku memaksakan diri untuk masuk karena hari ini ada ulangan matematika. Aku gak mau ulangan susulan karena gak enak kalau ulangan sendiri. Ketika ulangan berlangsung, aku berhasil mengerjakannya sebisaku. Karena udah gak kuat dengan pusingnya. Setelah selesai, aku hanya termenung dan mencoba untuk tidur di tengah-tengah pelajaran, namun tiba-tiba aku kehilangan kesadaran. Ketika aku bangun, aku sudah terbaring lemas di UKS SMP dan teman-temanku mengerubungiku. “Kenapa aku bisa ada di UKS?” tanyaku. Kemudian Kaliko menceritakan semuanya padaku, ternyata aku pingsan di tengah-tengah pelajaran dengan kondisi badanku yang sangat panas. Kemudian aku digotong oleh teman-teman ke UKS. Saat itu wajah teman-temanku penuh dengan kekhawatiran, namun sekarang kekhawatiran itu berubah menjadi keceriaan karena teman-temanku melihat aku siuman setelah pingsan kurang lebih setengah jam. Namun setelah itu aku melihat pemandangan yang kurang mengenakan. Lagi-lagi Irfan dan Kaliko terlihat sangat akrab, dan aku melihat seperti bukan sebagai teman, melainkan lebih dari teman.
                Pagi hari di Sabtu yang mendung ini, tiba-tiba telponku berdering, dan ternyata itu dari Schwann. Awalnya dia menanyakan bagaimana kabarku, karena kemarin aku sempat jatuh pingsan. Namun makin lama aku makin merasa bosan berbicara dengannya, karena dia hanya membahas topik “bagaimana kabarku?” dan itu terus. Aakhirnya aku menutup telponnya dengan alasan ingin kembali istirahat karena belum sehat total, padahal aku sudah sehat. Tapi kalau menurutku dia cukup care sama aku. Seperti dulu waktu masih kelas 8 semester 1 dia pernah membantuku untuk mengerjakan PR dan menjelaskan ttg pelajaran yang tidak aku mengerti.
                Siang harinya aku pergi nonton film bersama sahabatku ketika masih SD, namanya Aldia. Aku suka curhat ke dia. Setelah nonton aku mulai menceritakan tentang telpon dari Schwann yang tadi pagi dan kedekatan Irfan dengan Kaliko. Aku juga  bilang ke Aldia kalau aku merasa tidak nyaman tentang perlakuan Schwann tadi pagi. Akhirnya Aldia menyarankan kalau aku harus mengerti tentang sifat Schwann, aku harus berpikir positif tentangnya dan berpikir kalau dia ternyata peduli sama aku. Kalu tentang Irfan sama Kaliko, bersabar aja nanti kita lihat hasilnya.
                Malamnya aku mendapat SMS dari Kaliko yang mengatakan dia meminta maaf padaku. Namun ketika aku tanya ke dia, dia tidak membalas sms itu. Sepanjang malam dan sepanjang hari aku memikirkan itu apa mungkin dia memang mau meminta maaf, atau.....
                Hari Seninnya ketika aku menanyakan kenapa meminta maaf, dia hanya tersenyum. Aku tanya ke Schwann, dia sendiri tidak tau kenapa. Ketika aku ngobrol dengan Schwann, aku meminta maaf karena pembicaraan yang hari Sabtu kemarin, aku berbicara agak kasar. Dia memaafkannya dengan ikhlas. Namun tiba-tiba dia berkata, “Aku suka kamu.” Aku menanggapinya dengan tertawa. Namun ternyata dia berbicara dengan serius. “Berikan aku 3 hari lagi untuk memikirkannya.” Kataku. Dan dia menyetujuinya namun harus benar tepat 3 hari.          
                Sepulang sekolah,a ku langsung laptop dan membuka akun twitterku. Setelah aku membukanya tiba-tiba teman-teman sekolah sedang heboh membicarakan Irfan dan Kaliko yang sudah berpacaran sejak Sabtu kemarin. Sekarang aku mengerti kenapa Kaliko meminta maaf saat itu dan memilih bungkam ketika aku menanyakannya. Dia takut aku sakit hati. Namun entah kenapa aku tidak merasa sedih ataupun sakit hati. Namun aku hanya berkata “oohh.. syukurlah. Selamat ya.” Kemudian aku langsung cerita pada Aldia tentang Irfan-Kaliko dan juga Schwann. Dan Adelia tertawa ketika aku menceritakannya. Dia menyatakan kalau aku sudah belajar untuk ikhlas dan itu berarti aku anti galau. Akupun ikut tertawa. Kalau untuk masalah Schwann yang tadi siang, dia hanya memberitahu kalau Schwann itu peduli dan perhatian sama aku untuk selanjutnya itu terserah aku.
                Keesokannya aku menghampiri Schwann dan berkata “tidak sampai 3 hari aku untuk memutuskannya, tapi kali ini aku akanberkata tidak. Maaf bukannya apa-apa tapi aku hanya ingin menuntut pendidikanku hingga selesai tanpa diganggu apapun. Maksudku, tidak untuk berpacaran terlebih dahulu, jadi maaf. ” Schwann menanggapinya wajah tersenyum dan pergi begitu saja. Lalu aku berpikir bahwa aku salah, namun ternyata tidak. Malam harinya dia SMS kalau dia menerima keputusanku dan setuju dengan alasannya. Jadi mulai saat itu juga hubunganku dengan Schwann makin baik, dan hebatnya lagi aku semakin akrab dengan Kaliko dan Irfan walaupun aku masih ada sedikit perasaan terhadap Irfan. Namun hal itu hanya aku bawa enteng saja tidak aku pikirkan. Dan hingga kami melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA, hubungan kita makin akrab layaknya saudara.
THE END

No comments:

Post a Comment